Pembentukan ‘Holding’ Jadi Upaya Strategis Penuhi Kebutuhan Gula Nasional

21-06-2021 / KOMISI VI
Anggota Komisi VI DPR RI Elly Rachmat Yasin dalam Rapat Dengan Pendapat Komisi VI DPR RI dengan jajaran direksi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terkait rencana pembentukan holding pabrik gula, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (21/6/2021). Foto: Oji/Man

 

Anggota Komisi VI DPR RI Elly Rachmat Yasin menilai upaya pembentukan holding gula Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan upaya yang strategis untuk memenuhi kebutuhan gula nasional. Menurutnya, strategi tersebut dapat mengurangi ketergantungan dalam hal impor gula. Mengingat dari kebutuhan gula nasional sekitar 5,8 hingga 6,6 juta ton baru bisa dipenuhi sekitar 2,17 hingga 2,2 juta ton yang dihasilkan dari 48 pabrik gula milik BUMN dan 17 pabrik gula swasta.

 

"Karenanya, kekurangan tersebut biasanya dipenuhi dengan gula impor ya, untuk itu upaya pembentukan holding pabrik gula BUMN merupakan upaya yang strategi untuk memenuhi kebutuhan gula nasional," ujarnya dalam Rapat Dengan Pendapat Komisi VI DPR RI dengan jajaran direksi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terkait rencana pembentukan holding pabrik gula, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (21/6/2021).

 

Di sisi lain, legislator dapil Jawa Barat V ini juga mempertanyakan di tengah upaya pembentukan holding gula BUMN, mengapa holding PTPN justru merencanakan penutupan atas 11 pabrik gula sejak 2018 hingga 2022 nanti. Menurutnya penutupan pabrik gula ini dapat berdampak pada para karyawan yang bisa berdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).

 

"Dengan penutupan pabrik gula tersebut, lalu bagaimana dengan para karyawannya? Ini mohon penjelasan juga karena dengan adanya penutupan itu tentunya karyawan juga akan terkena PHK," tambahnya. Selain itu, Elly juga menyinggung tentang pabrik gula yang sudah tua. Menurutnya, pabrik-pabrik tersebut dapat dijadikan museum heritage atau bisa direvitalisasi agar tidak berdampak pada pengurangan karyawan.

 

"Apa pabrik gula yang sudah tua itu tidak bisa direvitalisasi? Tadi disampaikan dijadikan museum ya kalau masing bisa direvitalisasi kenapa tidak karena ini berdampak juga pada pengurangan karyawan dan berdampak juga masalah phk," tanya politisi Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) tersebut.

 

Senada, Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuariana menilai, harus ada road map yang jelas untuk pabrik-pabrik gula yang sudah tua tersebut. Ia menilai, pabrik-pabrik tersebut dapat dijadikan museum heritage atau direvitalisasi. "Saya pikir ya harus punya road map lah pak yang jelas untuk pabrik-pabrik gula yg sudah tua itu untuk revitalisasi," tutup legislator dapil Sumatera Barat II tersebut. (bia/sf)

BERITA TERKAIT
KAI Harus Hentikan Praktik Outsourcing dan Benahi Sistem Digitalisasi Tiket yang Rentan Disalahgunakan
20-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam mendorong PT Kereta Api Indonesia (Persero) membenahi secara serius manajemen...
Komposisi Direksi Baru KAI Bukan Seremonial, Harus Percepat Adaptasi dan Kebijakan Strategis
20-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Adisatrya Suryo Sulisto, mengingatkan jajaran direksi baru PT Kereta Api Indonesia...
Legislator Dukung Wacana Penghapusan Tantiem dan Perampingan Komisaris BUMN
20-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Pidato Presiden Prabowo Subianto yang menyoroti pembenahan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendapat perhatian serius dari berbagai...
Jangan Kejar Profit Saja, KAI Harus Jadikan Tanggung Jawab Publik Sebagai Prioritas
20-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Adisatrya Suryo Sulisto menegaskan bahwa PT Kereta Api Indonesia (Persero) tidak...